Hari ini diadakan bazar diplomatik - internasional yang tiap tahun di selenggarakan oleh palang merah , : diplomatic red cross bazaar. Bazaar yang dipenuhi oleh tiap negara untuk mempromosikan budaya masing2, menjual produk2 khas negara masing2 yang hasilnya kemudian di sumbangkan kepada Palang Merah Thailand.
Adek gue dan temen2 diminta memakai kebaya dan menerima Putri Thailand, yang membuka acara ini, dan membantu menjaga stand indonesia seharian penuh. Secara gue baru tahu ada acara ini sampe kemaren, gue ga ikut menjaga stand, yang katanya mesti siap dari jam 4 pagi. Lagian gue juga ahem sibuk,(pdhl sih ga ada minta jadi partisipan..haha). Dulu tiap tahunnya ibu2 dharma wanita termasuk my mom yang biasa nya sibuk mengkoordinasi stand yang diisi dengan baju2 batik, kain, makanan khas indonesia, di jual seharian penuh. Gue hampir lupa dengan acara ini dan sebenarnya gue juga heran kenapa kita di minta, lah wong kita udah bukan bagian kbri lagi hehe.
Gue dateng lumayan telat, haha, sekitar jam 4 sore dimana hampir semua stand udah mau tutup. Gue pikir udah ga ada gunanya juga bayar masuk, eh ternyata just in time gue hadir ada acara nari di panggung yg ternyata di buat oleh anak2 smp-sma SIB. Mereka menarikan tarian Saman dari Aceh yang penuh koordinasi tangan yang rumit. Seperti biasa, kita sukses menggaet ricuh penonton termasuk gue yg , selalu siap tepuk tangan dan teriak2 dgn noraknya (heh, super kampungan..) tiap kali nonton tarian tersebut. Hehe.. well i can't help it. Bangga bgt gue, Good job guys!
Adek gue dan temen2 diminta memakai kebaya dan menerima Putri Thailand, yang membuka acara ini, dan membantu menjaga stand indonesia seharian penuh. Secara gue baru tahu ada acara ini sampe kemaren, gue ga ikut menjaga stand, yang katanya mesti siap dari jam 4 pagi. Lagian gue juga ahem sibuk,(pdhl sih ga ada minta jadi partisipan..haha). Dulu tiap tahunnya ibu2 dharma wanita termasuk my mom yang biasa nya sibuk mengkoordinasi stand yang diisi dengan baju2 batik, kain, makanan khas indonesia, di jual seharian penuh. Gue hampir lupa dengan acara ini dan sebenarnya gue juga heran kenapa kita di minta, lah wong kita udah bukan bagian kbri lagi hehe.
Gue dateng lumayan telat, haha, sekitar jam 4 sore dimana hampir semua stand udah mau tutup. Gue pikir udah ga ada gunanya juga bayar masuk, eh ternyata just in time gue hadir ada acara nari di panggung yg ternyata di buat oleh anak2 smp-sma SIB. Mereka menarikan tarian Saman dari Aceh yang penuh koordinasi tangan yang rumit. Seperti biasa, kita sukses menggaet ricuh penonton termasuk gue yg , selalu siap tepuk tangan dan teriak2 dgn noraknya (heh, super kampungan..) tiap kali nonton tarian tersebut. Hehe.. well i can't help it. Bangga bgt gue, Good job guys!
Kemudian gue ke stand Indonesia. Gue kaget ada demonstrasi membatik kain oleh pembatik professional. Spontan gue ngerenggek minta nyoba hehe, secara dari dulu gue pengen banget belajar. Karena pemula, gue di kasih kayu berbentuk burung dan di ajarkan prosesnya. Bahan serupa tinta yang di gunakan untuk membuat pattern batik itu ternyata lilin yang di lelehkan. ("Ooohh..") Kemudian kayu yang mirip pipa rokok untuk membatik itu di celupkan ke dalem lilin cair yang masih di rebus tersebut. Cairan lilinnya masuk dari atas lobang kayu itu. Ini yang membuat membatik itu sebuah kreativitas yang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yg tinggi. Hehe. Karena selain harus sempurna menggikuti garis lukisan ternyata ada cara khusus untuk memegang kayu itu biar cairan lilinnya ga tumpah dari lobang tadi, karena selain panas banget bakal bleberan kemana2. Gitu lhoooooo. Hebatnya cairan lilin tsbt akan langsung kering di atas kayu/ kain dlm sekejap. Selesei, burung gue (huuss) di celupkan ke dalam lilin berwarna merah untuk diwarnai. Berapa menit kemudian warna tinta coklat yang gue lukis tadi hilang tapi membentuk garisan lukisannya. Seperti ini:
Hehe. Okay its not much, tapi kereeen kaaan. Dan the lady yang nyuruh gue nulis nama gue. Ga mungkin kan gue se narsis itu. :))
Gue jalan2 keliling stand2 lain. Amerika, Jerman, Italy. Gue peratiin yang mereka jual, wine, keju, sosis frankfurt hehe. Dan huuuu mana ada sih yang kayak gini. Yang mereka jual bukan komoditas. Bukan budaya. Gue cintaaaa banget sama budaya tradisional gue yang lengkap dan pure. Lantas, kenapa gue bimbang untuk pulang??
Bukan kondisi jakarta yang gue pedulikan. Bukan macetnya yang sebenarnya memang bikin gue teriak2 gila di mobil. Gue pernah sekolah disana dan udah gue terimalah. Yang jadi pikiran dari karir gue, lifestyle orang2 jakarta yang sombongnya setinggi langit en kosmopolitan yang secara otomatis bikin hedonistik. Sorry, Not everyone is. Tapi penggalaman kuliah gue disana bikin gue berpikir picik. Bikin gue merasa tidak diterima. Seolah2 gue persona non grata di negeri sendiri. Malah gue lebih seneng berkunjung ke daerah di luar jakarta. Kyk jogja, bandung, kmrn2..bengkulu. No malls, no mall rat, no annoying mas2 tengil, no bitchy anak jakarta yang kerjanya gaya and gosip doang. Jujur, selama gue hidup dan selama gue Alhamdullilah dikasih kesempatan tinggal dinegeri2 orang, baru kali inilah di Bangkok ini gue bener2 belajar. Bukan dari sisi akedemis, melainkan dari beragamnya orang2 yang gue temui di kota ini. Disinilah gue mendapati perpekstif lain tentang Indonesia, tentang hidup, tentang agama, tentang karir, beragamnya pola pikir orang. Baik dibidang gue yang kreatif, orang2 Indonesia yang mengejar cita2 dgn menunjang pendidikannya, perspektif orang2 asing, orang2 lokal..orang2 yg dari kalangan atas, tengah.. yg hidup disini cmn untuk berfoya2.. sampai dengan orang2 dengan pengalaman hidup yang benar2 luar biasa, yang selama ini gue percayai cuman eksis di film2 atau novel. Dan hal yang paling gue pelajari di tempat ini, bahwa sgt memungkinkan di dunia ini adanya orang2 yang akan menerima gue, yg jujur tanpa pamrih, justru gue dapati disini.
Ah kok gue jadi takut. Padahal orang tua gue kerja untuk pemerintah dan ga pernah menyuruh kita membenci negara sendiri. Gue dan kakak2 adek gue di suruh nari, nanyilah etc di tiap acara kbri untuk appreciate nilai seni yg kita punya. Kita di sekolahkan di sekolah lokal untuk belajar bahasa indonesia. Kita di suruh belajar di luar untuk alasan menggunakan ilmu itu dan merubah situasi negara gue semampu kita. Bukannya biar melarikan diri di negeri orang kayak buronan. Hehe.. Pdhl appresiasi untuk film indonesia gue lumayan tinggi.. terkecuali film blo'on yang ga bermakna and/or penuh porno yang bikin stress nontonnya. Tapi kenapa gue takut pindah ke negara sendiri. Aye bimbang... waktu gue ga banyak. Identitas gue, rumah gue dimana ye..
Hehe. Okay its not much, tapi kereeen kaaan. Dan the lady yang nyuruh gue nulis nama gue. Ga mungkin kan gue se narsis itu. :))
Gue jalan2 keliling stand2 lain. Amerika, Jerman, Italy. Gue peratiin yang mereka jual, wine, keju, sosis frankfurt hehe. Dan huuuu mana ada sih yang kayak gini. Yang mereka jual bukan komoditas. Bukan budaya. Gue cintaaaa banget sama budaya tradisional gue yang lengkap dan pure. Lantas, kenapa gue bimbang untuk pulang??
Bukan kondisi jakarta yang gue pedulikan. Bukan macetnya yang sebenarnya memang bikin gue teriak2 gila di mobil. Gue pernah sekolah disana dan udah gue terimalah. Yang jadi pikiran dari karir gue, lifestyle orang2 jakarta yang sombongnya setinggi langit en kosmopolitan yang secara otomatis bikin hedonistik. Sorry, Not everyone is. Tapi penggalaman kuliah gue disana bikin gue berpikir picik. Bikin gue merasa tidak diterima. Seolah2 gue persona non grata di negeri sendiri. Malah gue lebih seneng berkunjung ke daerah di luar jakarta. Kyk jogja, bandung, kmrn2..bengkulu. No malls, no mall rat, no annoying mas2 tengil, no bitchy anak jakarta yang kerjanya gaya and gosip doang. Jujur, selama gue hidup dan selama gue Alhamdullilah dikasih kesempatan tinggal dinegeri2 orang, baru kali inilah di Bangkok ini gue bener2 belajar. Bukan dari sisi akedemis, melainkan dari beragamnya orang2 yang gue temui di kota ini. Disinilah gue mendapati perpekstif lain tentang Indonesia, tentang hidup, tentang agama, tentang karir, beragamnya pola pikir orang. Baik dibidang gue yang kreatif, orang2 Indonesia yang mengejar cita2 dgn menunjang pendidikannya, perspektif orang2 asing, orang2 lokal..orang2 yg dari kalangan atas, tengah.. yg hidup disini cmn untuk berfoya2.. sampai dengan orang2 dengan pengalaman hidup yang benar2 luar biasa, yang selama ini gue percayai cuman eksis di film2 atau novel. Dan hal yang paling gue pelajari di tempat ini, bahwa sgt memungkinkan di dunia ini adanya orang2 yang akan menerima gue, yg jujur tanpa pamrih, justru gue dapati disini.
Ah kok gue jadi takut. Padahal orang tua gue kerja untuk pemerintah dan ga pernah menyuruh kita membenci negara sendiri. Gue dan kakak2 adek gue di suruh nari, nanyilah etc di tiap acara kbri untuk appreciate nilai seni yg kita punya. Kita di sekolahkan di sekolah lokal untuk belajar bahasa indonesia. Kita di suruh belajar di luar untuk alasan menggunakan ilmu itu dan merubah situasi negara gue semampu kita. Bukannya biar melarikan diri di negeri orang kayak buronan. Hehe.. Pdhl appresiasi untuk film indonesia gue lumayan tinggi.. terkecuali film blo'on yang ga bermakna and/or penuh porno yang bikin stress nontonnya. Tapi kenapa gue takut pindah ke negara sendiri. Aye bimbang... waktu gue ga banyak. Identitas gue, rumah gue dimana ye..
No comments:
Post a Comment